Ide bisnis dapat muncul dari mana pun, begitu pula dengan Intan Asmara (36), pemilik Mojo Indonesia. Ide permulaan muncul dikala ia melihat tumpukan drum bekas tepung di suatu tempat tak jauh dari rumahnya di Bumi Serpong Damai, Tangerang. Bersama dengan suaminya, Yongky Aryo Pratomo (38), ia berbelanja beberapa buah drum dan melaksanakan uji coba pada simpulan tahun 2014 kemudian.
Pengalaman Dan Kreatifitas
Tanpa pengalaman di bidang rancangan, Intan memberanikan diri berbelanja bahan-bahan aksesori mirip cat dan mesin kompresor angin (alat untuk melakukan pengecatan) untuk ‘mendandani’ drum bekas tersebut. Teras rumah yang terbatas luasnya, ia jadikan selaku lahan uji coba. “Kami eksplorasi beberapa banyak. Hingga hasilnya drum berukuran besar, kami jadikan meja. Sedangkan, drum berskala lebih kecil dijadikan kursi,” katanya.
Ternyata, sesudah foto meja dan kursi hasil uji coba tersebut ia posting di media umum, banyak sobat yang tertarik untuk membelinya. Kepercayaan diri Intan bertambah, ia yakin bahwa ini ialah potensi besar.
Perencanaan Bisnis
Tak butuh waktu usang, dengan tingginya permintaan , Intan menyewa sebuah tempat , tak jauh dari rumahnya, untuk dijadikan selaku bengkel (workshop). Ia juga memberdayakan 4 orang. Ia dan suami kemudian membuatkan peran.
Suaminya mencari supplier drum, sedangkan Intan berperan untuk merancang sekaligus menjual. Untuk mengganti drum bekas menjadi suatu furniture yang digemari, Intan tak ingin coba-coba atau terkesan biasa saja. Untuk hasil yang optimal, ia melakukan pengecatan drum hingga 3 kali. Meski untuk itu ia memerlukan waktu pengerjaan hingga 3 minggu untuk satu produk.
Selain itu untuk menghadirkan kursi dan meja yang tenteram, Intan juga menyertakan beberapa elemen mirip kayu dan bantalan dingklik. “Khusus untuk dua elemen tersebut, kami menggunakan jasa pihak lain,” tutur Intan yang menyebut furniture berlabel Mojo Indonesia ini selaku produk upcycled.
Strategi Marketing Bisnis
Memulai penjualan melalui media umum khususnya Instagram, Intan kemudian meningkatkan sayap dengan mengikuti aneka macam pameran. Ia memilih ikut festival modern yang dihadiri oleh kalangan anak muda , mirip Finders Fair yang diselenggarakan di Cilandak Townsquare. “Segmentasi pasar Mojo yaitu pasangan muda yang ingin memiliki piranti yang simple tetapi unik,” kata Intan yang sejak simpulan tahun 2015 kemudian berhenti dari pekerjaannya disebuah perusahaan internasional , biar bisa konsentrasi mengelola usahanya.
Selain dapat digunakan sebagai meja dan kursi yang menghiassudut ruang kamar dan ruang keluarga, produk opsi Femina di Ina Craft 2016 ini juga bisa dipakai sebagai wadah untuk menyimpan barang. Warnanya tak ketinggalan zaman dan gampang dipadukan dengan warna ruangan apa pun. Produk ini juga cocok untuk kafe dan perkantoran. Itu sebabnya, belum genap 2 tahun, produk Mojo Indonesia kian terkenal dan diminati banyak orang.
Bahkan E-commerce dan departemen store berhasrat memasarkan produknya. Sejak 6 bulan kemudian, produk Mojo Indonesia, sudah dipasarkan oleh Blibli.com. Produknya juga dijual di Alun-alun Grand Indonesia dan di Sogo Plaza Senayan. Serta Dalang Furniture, toko online penjual furniture daur ulang. “Kami menggunakan metode konsinyasi (menitipkan barang). Keuntungan penjualan dibagi bareng, sesuai dengan janji,” katanya.
Dalam sebulan, rata-rata Intan mampu menjual produknya sampai 50 unit dengan harga Rp399-900 ribu per unit. Calon pembeli juga bisa menentukan warna dan motif kesukaan mereka. “Untuk itu mereka mesti melaksanakan reservasi apalagi dulu,” katanya.
Kini sesudah berlangsung dua tahun, dalam hal penyeleksian warna cat dan padu padan motif, Intan mengungkapkan 30 persen ialah warna kesukaannya. Mungkin itu pula yang menciptakan produknya banyak disukai oleh wanita. Terbukti, 80 persen pembeli ialah perempuan. “Barang-barang bekas bisa menjelma sesuatu yang berfaedah, dan indah jikalau dikerjakan dengan rasa seni dan sentuhan hati,” katanya, serius.
Intan juga mencari acuan di internet ihwal warna yang sedang trend. Alam sekitar juga menjadi sumber ilham yang ia aplikasikan pada produknya. “Saat ini, sedang isu terkini warna monochrome,” ungkap wanita lulusan jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Demi memperbesar ilmu di bidang handicraft, Intan mengikuti beberapa pelatihan, salah satunya seminar sehari yang diselenggarakan oleh Indoestri, suatu lembaga yang menunjukkan pembinaan tentang pengolahan kayu, metal, tekstil dan kulit, dan lain-lain.
Sejak April lalu Mojo Indonesia mulai bergabung dalam Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) daerah Banten. Nantinya, dari sana ia akan mendapatkan pelatihan dan informasi tentang cara meningkatkan kualitas produk. “Saya ingin, Mojo Indonesia menjadi leading upcycled di Indonesia,” katanya, berharap.